Minggu, 30 Agustus 2015

PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK


2.1. Umum
Ditinjau dari segi kamus, yang dimaksud pembangkit adalah sesuatu yang membangkitkan atau alat untuk membangkitkan sesuatu. Dengan demikian dalam suatu sistem tenaga listrik, yang dimaksud pembangkit tenaga listrik ialah suatu alat/peralatan yang berfungsi untuk membangkitkan tenaga listrik dengan cara mengubah energi potensial menjadi tenaga mekanik selanjutnya menjadi tenaga listrik. Istilah lain yang dipakai untuk menyebut pembangkit tenaga listrik ialah pusat tenaga listrik.
Dalam mendifinisikan pengertian pembangkit tenaga listrik, akan muncul berbagai definisi dan pengertian, tergantung dari sudut disiplin ilmu apa kita melihat, mengasumsikan dan memahaminya. Apabila ditinjau dari sudut ilmu kelistrikan dapat kiranya mendefinisikan pengertian pembangkit tenaga listrik sebagai berikut :
1. Suatu bagian awal dari sistem tenaga listrik yang membangkitkan tenaga listrik yang terdiri dari instalasi listrik, mekanik, bangunan-bangunan, fasilitas pelengkap, bangunan serta komponen bantu lainnya.
2. Salah satu bagian dari sistem tenaga listrik untuk membangkitkan energi listrik dengan cara mengubah potensi energi mekanik dari air, minyak, uap, panas bumi, nuklir, matahari, angin, kombinasi gas dan uap menjadi energi listrik.

Mengingat tingkat kebutuhan energi listrik terus mengalami kenaikan setiap tahunnya, sehingga penyediaan energi listrik harus pula ditingkatkan agar terjadi keseimbangan antara kebutuhan dan penyediaan energi listrik. Tingkat kebutuhan ini menjadi salah satu pertimbangan utama dalam pembangunan pembangkit tenaga listrik yang baru maupun peningkatan kapasitas daya pada pembangkit tenaga listrik yang sudah ada.


2.2. Prinsip Kerja
Prinsip Pembangkit Listrik
Untuk mendapatkan energi listrik, dapat memanfaatkan bermacam-macam sumber energi, misalnya tenaga air, tenaga angin, bahan bakar fosil, dan bahan bakar nuklir.
Dengan memakai sumber energi tersebut, diperoleh tenaga untuk menggerakkan turbin yang akan mengaktifkan generator listrik. Energi listrik yang dihasilkan harus diubah menjadi tegangan yang sesuai untuk transmisi (dengan alat transformator). Setelah proses ini, arus listrik dialirkan melalui jaringan kabel transmisi ke daerah yang memerlukan.
Pada proses pembangkitan tenaga listrik telah terjadi proses perubahan energi mekanik menjadi energi listrik

Gambar 2.1
Proses pembangkitan tenaga listrik

Terdapat dua jenis turbin sebagai penggerak generator yaitu Turbin Mekanik dan Turbin Uap.
Turbin Mekanik digunakan pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan tenaga angin. Turbin Uap digunakan pada pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan nuklir, misalnya Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), dan Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP).
Gambar berikut ini memperlihatan bagan sistem pembangkitan, yang terdiri dari berbagai jenis pembangkitan.
Gambar 2.2
  
Prinsip kerja sistem pembangkit tenaga listrik
Masing-masing jenis pembangkit tenaga listrik mempunyai prinsip kerja yang berbeda-beda, sesuai dengan penggerak mulanya (prime mover). Satu hal yang sama dari beberapa jenis pembangkit tenaga listrik tersebut yaitu semuanya sama-sama berfungsi merubah energi mekanik menjadi energi listrik, dengan cara mengubah potensi energi mekanik dari air, uap, gas, panas bumi, nuklir, kombinasi gas dan uap,  menggerakkan atau memutar turbin yang porosnya dikopel dengan generator selanjutnya dengan sistem pengaturannya generator tersebut akan menghasilkan daya listrik. Khusus untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), prinsip kerjanya berbeda dengan pembangkit listrik lainnya. Sebenarnya energi penggerak PLTD ini adalah bahan bakar minyak karena bahan bakar merupakan bagian yang tak terpisahkan dari mesin diesel tersebut, maka disebut juga pembangkit tenaga diesel. Diesel ini merupakan satu unit lengkap yang langsung menggerakkan generator dan menghasilkan energi lsitrik.

2.3. Jenis Pembangkit Tenaga Listrik
Secara umum pembangkit tenaga listrik dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu pembangkit listrik thermis dan pembangkit listrik non thermis. Pembangkit listrik thermis mengubah energi panas menjadi energi listrik, panas disini bisa dihasilkan oleh panas bumi, minyak, uap dan yang lainnya. Hal ini dikatakan bahwa pembangkit thermis yang dihasilkan dari panas bumi mempunyai penggerak mula panas bumi biasanya disebut pembangkit panas bumi. Sedangkan pembangkit non thermis penggerak mulanya bukan dari panas, seperti pada pembangkit thermis penggerak mula inilah yang menentukan nama/jenis pembangkit tenaga listrik tersebut misalnya apabila penggerak mulanya berupa air maka air inilah yang menentukan jenis pembangkit tenaga non thermis tersebut biasanya disederhanakan sebutannya menjadi pembangkit tenaga air (PLTA), dan lain sebagainya. Dari dua bagian besar ini dapat dikelompokkan menjdi beberapa jenis yaitu :
A. Pembangkit Listrik Thermis :
    1). Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
    2). Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
    3). Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
    4). Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).
    5). Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU).
    6). Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

B. Pembangkit Listrik Non Thermis :
    1). Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
   2). Pembangkit Listrik Tenaga Mikro-Hidro (PLTM).
Selain beberapa jenis yang disebutkan di atas, masih terdapat jenis pembangkit tenaga listrik yang lain, misalnya pembangkit listrik yang digerakkan oleh tenaga surya, energi gelombang laut dan energi angin, saat ini masih dikembangkan secara terbatas di Indonesia. Sedangkan dari delapan jenis yang disebutkan di atas, tujuh jenis telah terpasang di Indonesia. Satu jenis pembangkit tenaga listrik, yaitu PLTN, sampai saat ini masih dalam tahap perencanaan pembangunan dan direncanakan akan dibangun di Jawa Tengah. Namun sampai saat ini banyak ditemui hambatan non teknis di lapangan, yaitu banyak dari masyarakat di sekitar lokasi tersebut menyatakan keberatan. Mereka mengkawatirkan timbulnya radiasi pada saat pembangkit tenaga listrik tersebut beroperasi, misalnya dengan timbulnya kebocoran pada instalasi nuklirnya seperti yang terjadi di Uni Soviet.

2.4   PLTA
Potensi tenaga air dan pemanfaatannya pada umumnya :
Pertama, sumber tenaga air secara teratur dibangkitkan kembali karena pemanasan lautan oleh penyinaran matahari, sehingga merupakan suatu sumber yang secara siklis  diperbarui.
Kedua, potensi secara. keseluruhan daripada tenaga air relatif kecil bila dibandingkan dengan   jumlah sumber bahan bakar fosil, sekalipun misalnya seluruh potensi tenaga air ini   dapat dikembangkan sepenuhnya.
Ketiga, penggunaan tenaga air pada umumnya merupakan pemanfaatan multiguna, karena biasanya dikaitkan dengan irigasi, pengendalian banjir, perikanan, dan rekreasi. 
               Bahkan sering terjadi bahwa pembangkitan tenaga listrik hanya merupakan manfaat sampingan, dengan misalnya irigasi, atau pengendalian banjir sebagai penggunaan utama. .
Keempat, pembangkitan listrik dari tenaga air dilakukan tanpa ada perubahan suhu. Tidak ada peningkatan suhu karena misalnya adanya suatu proses pembakaran bahan   bakar. Karenanya, mesin mesin hidro mempunyai masa manfaat yang biasanya  lebih lama daripada mesin‑mesin termis.
Pada asasnya dapat dikemukakan adanya tiga faktor utama dalam penentuan pemanfaatan suatu potensi sumber tenaga air bagi pembangkitan tenaga listrik.
a.  Jumlah air yang tersedia, yang merupakan fungsi dari jatuh hujan dan atau salju.
b. Tinggi terjun yang dapat dimanfaatkan, hal mana tergantung dari topografi daerah  tersebut.
c. Jarak lokasi yang dapat dimanfaatkan terhadap adanya pusat-pusat beban atau jaringan   transmisi.

Sebagaimana diketahui dari ilmu fisika, setiap benda, yang berada di atas permukaan burni, mempunyai energi potensial, yang berbentuk rumus berikut:
E = m.g.H
dengan  E = energi potensial;  m = massa;  g = percepatan gravitasi;  h = tinggi relatif terhadap permukaan bumi.
Dari rumus di atas dapat ditulis:
dE = dm.g.h
bilamana dE merupakan energi yang dibangkitkan oleh elemen massa dm yang melalui jarak h.
Bilamana didefinisikan Q sebagai debit air menurut rumus berikut:
                                    
dengan         Q = debit air;     dm = elemen massa air;   dt  = elemen waktu;
maka dapat ditulis:
                                   
Dengan memperlihatkan efisiensi sistem dapat ditulis:
                          
di mana    P  = daya;
                  h = efisiensi sistem;
   g = gravitasi;
   h = tinggi terjun.
Untuk keperluan estimasi pertama secara kasar, dipergunakan ru­mus sederhana berikut:

dengan                  P  = daya dalam kW;
   Q  = debit air dalam m3 per detik;
   H  = tinggi terjun dalam m;
             f   = suatu faktor efisiensi antara 0,7 dan 0,8.
Di antara data primer yang diperlukan untuk suatu survei dapat disebut:

- Jumlah energi yang secara teoretis dapat diperoleh setahun dalam kondisi-kondisi tertentu di musim hujan dan musim kering;

-      Jumlah daya pusat listrik yang akan dipasang, dengan memper­hatikan apakah pusat listrik   itu akan dipakai untuk beban dasar atau beban puncak.

               Gambar 1 memperlihatkan secara skematis tepi sebuah danau  dengan sebuah bendungan besar A. Dari bendungan ini melalui suatu saluran terbuka dan bendungan ambil air B, air dimasukkan ke dalam pipa tekan, yang membawa air ke turbin air melalui sebuah katup. Untuk menghindari, bahwa pada perubahan‑perubahan beban yang mendadak, terutarna bilamana beban secara tiba‑tiba jatuh, dapat terjadi kerusakan pada pipa tekan, dibuat sebuah tangki pendatar pada pipa tekan tersebut, sebagaimana terlihat pada gambar 2,  Disebelah atas, pipa tekan itu ialah terbuka, sedangkan tepi atasnya terletak lebih tinggi daripada permukaan air yang tertinggi. Dengan demikian, bilamana terjadi bahwa beban jatuh secara mendadak, energi kinetis daripada air yang mengalir itu dapat ditampung atau dinetralisasi oleh tangki pendatar.

Gambar 1.  Skema danau, bendungan dan Pipa Pesat

Gambar 2.  Skema danau, tangki Pendatar dan Pipa Pesat

2.5.  PLTD : Pusat Listrik Pembangkit Diesel.
Pembangkit ini menggunakan mesin diesel sebagai penggerak generator. Mesin diesel ini menggunakan BBM seperti solar yang stelah mengalami pengabutan disemprotkan kedalam ruang yang telah bertekanan sehingga terjadi ledakan, ledakan ini mendorong silinder sehingga menggerakan sumbu atau as yang di koppel dengan generator maka dibangkitkan energi listrik.
Adalah merubah energi panas (kalori ) menjadi energi gerak, dalam hal ini motot diesel dikopel dengan generator.

  

2.6. PLTU : Pusat Listrik Pembangkit Uap.
Proses pembentukan energi listrik dari bahan bakar batu bara ialah: Batu bara dibakar di dalam ketel uap untuk mendapatkan energi panas. Selanjutnya energi panas di dalam ketel uap diubah ke bentuk energi gerak untuk mengaktifkan generator. Generator akan merubah energi gerak menjadi energi listrik. Energi listrik bertegangan rendah yang dihasilkan oleh generator, selanjutnya melalui transformator, diubah menjadi tegangan tinggi agar tidak banyak energi yang hilang. Sebelum diteruskan ke jaringan listrik, energi listrik bertegangan tinggi itu ditransfer lagi melalui transformator ke tegangan rendah, sesuai keperluan konsumen.
Pembangkit tenaga uap menggerakan generator melalui turbin uap sehingga dari generator dapat membangkitkan energi listrik.
Pembangkit ini menggunakan sistem tertutup sehingga uap didinginkan didalam condesat sehingga berubah menjadi air dan dimasukan kembali kedalam ketel dan dirubah menjadi uap sehingga mempunyai efisiensi yang cukup baik. Untuk mendapatkan air yang menghasilkan uap yang baik sehingga tidak merusak peralatan lain.
Pembangkit panas tergantung jenis bahan bakar yang digunakan yang sebenarnya sama untuk menghasilkan panas dan merubah air menjadi uap dengan tekanan tinggi sehingga dapat menggerakan turbin dan generator sehingga membangkitkan energi listrik.
Pembangkit panas ini didapat dari membakar minyak residu (BBM), batubara atau sampah/kayu dll.

Gambar 2.4 : proses pembangkit tenaga uap (PLTU)


2.7. PLTG : Pusat Listrik Pembangkit Gas.
Pembangkit ini menggunakan turbin yang menggerakan generator.
Tenaga turbin diperoleh dari gas yang didapat dari pembakaran minyak solar (BBM) atau gas alam (LNG) dengan menggunakan nozel maka minyak yang terkabutan atau gas alam dibakar menjadi panas atau gas yang bertekanan cukup tinggi dengan temperatur yang tinggi pula bahkan setelah melewati turbin panas gas masih tetap tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk memasak air sehingga menjadi uap dan dengan rancangan khusus dapat menggerakan turbin dan generator sehingga menhasilkan energi listrik. Kombinasi ini sering disebut sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU).
Gambar 2.6 : skema pembangkitan tenaga gas (PLTG)

2.8. PLTGU. Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap.
Pusat Listrik Tenaga Gas Uap yang biasa disingkat dengan PLTGU merupakan Unit Pembangkit Energi Listrik yang memanfaatkan sumber daya alam (bahan bakar minyak atau bahan bakar gas) sebagai energi primernya.
Pusat Listrik Tenaga Gas Uap terdiri dari beberapa peralatan utama maupun peralatan bantu lainnya yang digunakan untuk membangkitkan energi listrik seperti pada gambar dibawah.

Gambar 2.5 : Proses pembangkitan tenaga gas dan uap (PLTGU)

Unit Pembangkit ini merupakan gabungan antara Pusat Listrik Tenaga Gas dengan Pusat Listrik Tenaga Uap dimana gas buang dari Turbin Gas dimanfaatkan untuk memanaskan air didalam Heat Recovery Steam Generator untuk menghasilkan uap sebagai pemutar Turbin Uap. Proses operasi pada Unit Pembangkit ini dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut seperti pada proses operasi Unit Pembangkit Turbin Gas siklus terbuka diatas dimana gas buang keluar Turbin akan langsung dibuang ke udara luar, sedangkan pada proses ini gas buang / flue gas dari Turbin Gas masih dimanfaatkan didalam Heat Recovery Steam Generator (HRSG) untuk memanaskan air didalam pipa-pipa HRSG tersebut hingga menghasilkan uap sampai pada kondisi saturated steam dengan sirkulasi air sebagai berikut mula-mula air dari hotwell Condenser dipompa dengan Condensate Pump menuju Deaerator dari sini air ditekan lagi sampai Drum dengan Feed Water Pump. Proses pemanasan air mulai terjadi saat Diverter Damper pada  cerobong/exhaust duct Turbin Gas mulai diarah menuju HRSG
dengan pembukaan Diverter Damper secara bertahap ( gas buang keluar Turbin Gas masuk semua kedalam HRSG ). Susunan pipa-pipa didalam HRSG diatur sedemikian rupa hingga pemanasan air didalamnya berlangsung dengan sempurna dimulai dengan posisi paling atas merupakan pipa-pipa Economiser sebagai pemanas awal sebelum air tersebut masuk kedalam Drum, kemudian diantara Drum dan pipa-pipa Evaporator air bersikulasi lagi untuk mendapatkan uap dimana poasisi pipa-pipa Evaporator berada dibawah pipa-pipa Economiser. Uap yang dihasilkan dipanaskan lanjut didalam pipa-pipa Superheater untuk mendapatkan saturated steam, dimana posisi pipa-pipa Superheater ini berada dibawah pipa-pipa Evaporator.
Selanjutnya uap ini akan digunakan untuk memutar Turbin Uap, dimana dari Generator energi listrik yang dihasilkan dari proses siklus gabungan (combined cycle) ini sampai +/- 40 %.
2.9. PLTP : Pusat Listrik Pembangkit Panas Bumi.
Pembangkit ini sama dengan PLTU hanya uap yang didapat bukan secara paksa memasak air sehingga menjadi uap, tapi PLTP ini uap diperoleh dari dalam tanah pada daerah yang banyak gunung berapi dan hutan yang masih baik sehingga air yang masuk kedalam bumi dipanaskan oleh sumber panas dari dalam bumi (dekat gunung berapi), uap yang dihasilkan ini harus mengalami penyaringan supaya tidak merusak turbin (zat belerang) karena perbedaan tekanan maka uap panas yang dihasilkan dari panas bumi disalurkan ke turbin dengan rancangan khusus dan menjadi satu rangkaian dengan generator sehingga dapat membangkitkan energi listrik.
Gambar 2.7. proses pembangkitan tenaga panas bumi (PLTP)

panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. PLTN termasuk dalam pembangkit daya base load, yang dapat bekerja dengan baik ketika daya keluarannya konstan (meskipun boiling water reactor dapat turun hingga setengah dayanya ketika malam hari). Daya yang dibangkitkan per unit pembangkit berkisar dari 40 MWe hingga 1000 MWe. Unit baru yang sedang dibangun pada tahun 2005 mempunyai daya 600-1200 MWe. Hingga saat ini, terdapat 442 PLTN berlisensi di dunia dengan 441 diantaranya beroperasi di 31 negara yang berbeda. Keseluruhan reaktor tersebut menyuplai 17% daya listrik dunia.

SEJARAH SINGKAT
Keradioaktifan pertama kali ditemukan dalam bentuk garam uranium oleh fisikawan Perancis bernama Henri Becquerel pada tahun 1896. Pada tahun 1898 ilmuwan Perancis Marie dan Pierre Curie menemukan unsur radioaktif alami yaitu polonium (84Po) dan radium (88Ra). Sekitar tahun 1930, Irène dan Frédérick Joliot-Curie membuat radioaktif buatan yang pertama dengan cara menumbukkan boron (5B) dan aluminium (13Al) dengan sebuah partikel untuk membentuk isotop radioaktif nitrogen (7N) dan fosfor (15P). Isotop alami unsur-unsur ini bersifat stabil.

Ahli kimia Jerman, Otto Hahn dan Fritz Strassmann menemukan reaksi fissi (nuclear fission) pada tahun 1938. Ketika uranium diradiasikan dengan neutron, beberapa inti uranium terpecah menjadi dua dengan nomor atom setengah dari uranium. Reaksi fissi melepaskan jumlah energi yang sangat besar dan ini digunakan pada senjata dan reaktor nuklir.


Reaktor nuklir yang pertama kali membangkitkan listrik adalah stasiun pembangkit percobaan EBR-I pada 20 Desember 1951 di dekat Arco, Idaho, Amerika Serikat. Pada 27 Juni 1954, PLTN pertama dunia yang menghasilkan listrik untuk jaringan listrik (power grid) mulai beroperasi di Obninsk, Uni Soviet. PLTN skala komersil pertama adalah Calder Hall di Inggris yang dibuka pada 17 Oktober 1956.


JENIS-JENIS PLTN
PLTN dikelompokkan berdasarkan jenis reaktor yang digunakan. Tetapi ada juga PLTN yang menerapkan unit-unit independen, dan hal ini bisa menggunakan jenis reaktor yang berbeda. Sebagai tambahan, beberapa jenis reaktor berikut ini, di masa depan diharapkan mempunyai sistem keamanan pasif.

Reaktor Fisi
Reaktor daya fisi membangkitkan panas melalui reaksi fisi nuklir dari isotop fissil uranium dan plutonium. Selanjutnya reaktor daya fissi dikelompokkan lagi menjadi:

Reaktor thermal menggunakan moderator neutron untuk melambatkan atau me-moderate neutron sehingga mereka dapat menghasilkan reaksi fissi selanjutnya. Neutron yang dihasilkan dari reaksi fissi mempunyai energi yang tinggi atau dalam keadaan cepat, dan harus diturunkan energinya atau dilambatkan (dibuat thermal) oleh moderator sehingga dapat menjamin kelangsungan reaksi berantai. Hal ini berkaitan dengan jenis bahan bakar yang digunakan reaktor thermal yang lebih memilih neutron lambat ketimbang neutron cepat untuk melakukan reaksi fissi.


Reaksi Berantai
Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. Karena reaktor cepat menggunkan jenis bahan bakar yang berbeda dengan reaktor thermal, neutron yang dihasilkan di reaktor cepat tidak perlu dilambatkan guna menjamin reaksi fissi tetap berlangsung. Boleh dikatakan, bahwa reaktor thermal menggunakan neutron thermal dan reaktor cepat menggunakan neutron cepat dalam proses reaksi fissi masing-masing.

Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar ketimbang menggunakan reaksi berantai untuk menghasilkan reaksi fissi. Hingga 2004 hal ini hanya berupa konsep teori saja, dan tidak ada purwarupa yang diusulkan atau dibangun untuk menghasilkan listrik, meskipun beberapa laboratorium mendemonstrasikan dan beberapa uji kelayakan sudah dilaksanakan.

Reaktor Thermal

Pressurized Water Reactor
Light Water Reactor (LWR)
  • Boiling Water Reactor (BWR)
  • Pressurized Water Reactor (PWR)
  • SSTAR, reaktor untuk jaringan kecil mirip PWR
Moderator Grafit
  • Magnox
  • Advanced Gas-Cooled Reactor (AGR)
  • High Temperature Gas Cooled Reactor (HTGR)
  • RBMK
  • Pabble Bed Reactor (PBR)
Moderator Air Berat
  • SGHWR
  • CANDU

Reaktor Cepat 

Reaktor Cepat
Meski reaktor nuklir generasi awal berjenis reaktor cepat, tetapi perkembangan reaktor nuklir jenis ini kalah dibandingkan dengan reaktor thermal. Keuntungan reaktor cepat diantaranya adalah siklus bahan bakar nuklir yang dimilikinya dapat menggunakan semua uranium yang terdapat dalam urainum alam, dan juga dapat mentransmutasikan radioisotop yang tergantung di dalam limbahnya menjadi material luruh cepat. Dengan alasan ini, sebenarnya reaktor cepat secara inheren lebih menjamin kelangsungan ketersedian energi ketimbang reaktor thermal. Lihat juga reaktor fast breeder. Karena sebagian besar reaktor cepat digunakan untuk menghasilkan plutonium, maka reaktor jenis ini terkait erat dengan proliferasi nuklir.
Lebih dari 20 purwarupa (prototype) reaktor cepat sudah dibangun di Amerika Serikat, Inggris, Uni Sovyet, Perancis, Jerman, Jepang, India, dan hingga 2004 1 unit reaktor sedang dibangun di China.

Reaktor Fusi
Fusi nuklir menawarkan kemungkinan pelepasan energi yang besar dengan hanya sedikit limbah radioaktif yang dihasilkan serta dengan tingkat keamanan yang lebih baik. Namun demikian, saat ini masih terdapat kendal-kendala bidang keilmuan, teknik dan ekonomi yang menghambat penggunaan energi fusi guna pembangkitan listrik. Hal ini masih menjadi bidang penelitian aktif dengan skala besar seperti dapat dilihat di JET, ITER, dan Z machine.

KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN

Keuntungan PLTN dibandingkan dengan pembangkit daya utama lainnya adalah:
  1. Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) - gas rumah kaca hanya dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan dan hanya sedikit menghasilkan gas).
  2. Tidak mencemari udara - tidak menghasilkan gas-gas berbahaya sepert karbon monoksida, sulfur dioksida, aerosol, mercury, nitrogen oksida, partikulate atau asap fotokimia.
  3. Sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi normal).
  4. Biaya bahan bakar rendah - hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan.
  5. Ketersedian bahan bakar yang melimpah - sekali lagi, karena sangat sedikit bahan bakar yang diperlukan.
  6. Baterai nuklir
Berikut ini berberapa hal yang menjadi kekurangan PLTN:
  1. Risiko kecelakaan nuklir - kecelakaan nuklir terbesar adalah kecelakaan Chernobyl (yang tidak mempunyai containment building).
  2. Limbah nuklir - limbah radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan hingga ribuan tahun.


2.11. Pertimbangan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik
Untuk membangun tenaga listrik, banyak hal yang dijadikan pertimbangan. Sebagai contoh, pembangunan PLTA akan mempertimbangkan tersedianya sumber air yang memadai dan di mana sumber air tersebut berada. Begitu pula untuk membangun PLTP, pertimbangan paling utama adalah tersedianya sumber panas bumi. Di samping itu masih banyak hal-hal lain yang dijadikan pertimbangan sebelum suatu pembangkit tenaga listrik diputuskan untuk dibangun.
Ditinjau dari segi oprasional, PLTA dan PLTP lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan jenis pembangkit listrik lain. Akan tetapi pembangunannya sangat mahal, karena pada umumnya PLTA dan PLTP di bangun pada dataran tinggi (pegunungan), sehingga pembangunan prasarana dan sarana penunjangnya sangat mahal, misalnya untuk pembangunan jalan masuk, pembuatan jembatan-jembatan, pembuatan waduk, dan sistem jaringannya yang kesemuanya itu harus melaksanakan pemaprasan dan pengurukkan (cut dan fill) tanah pegunungan. Disamping hal tersebut di atas, setelah beroperasi energi listrik yang dihasilkan tergantung pada besar kecilnya sumber air dan panas bumi yang tersedia. Hal ini tentu susah untuk diprediksikan, karena kondisi alam terkadang susah untuk ditebak.
Dari kenyataan tersebut diatas dan atas dasar pertimbangan teknis, ekonomis, sosial serta pertimbangan jangka panjang, maka pada saat ini pembangunan pembangkit tenaga listrik lebih banyak dipilih PLTU, PLTG atau gabungan antara keduanya yaitu PLTGU atau disebut Combined Cicle Power Plant (CCCP). Pada umumnya PLTU, PLTG dan PLTGU ini dibangun untuk kapasitas yang sangat besar karena memang diproyeksikan untuk memikul beban yang besar dan daerah pelayanan yang luas. Selain itu besarnya daya terpasang dapat dengan mudah diubah sesuai dengan keinginan.
Pembangunan PLTU dan PLTG dapat dilakukan di lokasi yang sesuai dengan keinginan serta dapat berdekatan dengan pusat-pusat beban. Hal ini sangat menguntungkan karena pembangunan lebih cepat dan lebih murah, jika dibandingkan dengan membangun PLTA dan PLTP. Di samping itu PLTU dan PLTG tersebut dapat memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah yaitu batubara dan gas alam, yang saat ini sedang diekploitasi secara besar-besaran. Pemakaian batubara dan gas alam bertujuan mendukung kebijaksanaan pemerintah dalam penghematan pemakaian bahan bakar minyak (BBM). Selanjutnya bagaimanakah untuk melayani beban yang kecil dan tempat masih terisolir? Pada umumnya kondisi beban kecil dan terisolir ini diatasi dengan cara membangun PLTD khususnya daerah yang terdapat di luar Pulau Jawa pada daerah-daerah terpencil dan di kota-kota kecil. Besarnya satuan pembangkit diesel (SPD) ini sangat variatif yang mana masing-masing SPD mempunyai kapasitas 100 KW, 250 KW, 500 KW, 750 KW dan 1000 KW dan besarnya putaran antara 750 rpm sampai dengan 1000 rpm, kapasitas diesel seperti ini biasanya dibuat di dalam negeri sedangkan untuk SPD yang berkapasitas lebih besar dari 2.500 KW masih diimport dari luar negeri.
Dibandingkan dengan jenis pembangkit tenaga listrik yang lain, PLTD adalah paling cepat pelaksanaan pembangunannya. Akan tetapi biaya operasionalnya sangat mahal karena harus menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Selain itu PLTD juga mengeluarkan suara sangat bising, panas, gas, limbah dan menimbulkan getaran serta masih ada efek negatif lainnya. Oleh karena itu pembangunan PLTD mulai ditinggalkan, khususnya di Pulau Jawa. Kalaupun masih ada, biasanya hanya untuk keperluan stand by.
Dalam pembangunan pembangkit tenaga listrik, secara umum ada beberapa pertimbangan dan tahapan yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Studi analisa mengenai dampak lingkungan (amdal). Di sini dianalisa dan diperhitungkan mengenai berbagai dampak yang mungkin akan timbul pada saat pembangunannya dan pada saat pembangkit tenaga listrik tersebut dioperasikan.
2. Memperhitungkan dan memprediksikan tersedianya sumber daya penggerak (air, panas bumi dan bahan bakar), sehingga benar-benar feasible untuk penggunaan dalam jangka waktu yang lama dan bisa mendukung kontinyuitas operasional pembangkit tersebut.
3. Tersedianya lahan beserta prasarana dan sarananya, baik untuk pembangkit tenaga listrik itu sendiri maupun untuk penyalurannya, karena hal ini  merupakan satu kesatuan untuk melayani beban.
4. Pertimbangan dari segi pemakaian pembangkit tenaga listrik tersebut, apakah untuk melayani dan menanggung beban puncak, beban yang besar, beban yang kecil atau sedang, beban yang bersifat fluktuatif atau hanya untuk stand by saja.
5. Biaya pembangunannya harus ekonomis dan diupayakan memakan waktu sesingkat mungkin. Selain itu juga harus dipertimbangkan dari segi operasionalnya tidak boleh terlalu mahal.
6. Pertimbangan dari segi kemudahan dalam pengoperasian, keandalan yang tinggi, mudah dalam pemeliharaan dan umur operasional (life time)  pembangkit tenaga listrik tersebut harus panjang.
7. Harus dipertimbangkan kemungkinan bertambahnya beban, karena hal ini akan berkaitan dengan kemungkinan perluasan pembangkit dan penambahan beban terpasang pada pembangkit.
8. Berbagai pertimbangan sosial, teknis dan lain sebagainya yang mungkin akan menghambat dalam pelaksanaan pembanguna serta pada pembangkit tenaga listrik tersebut beroperasi.

2.12.   Sistem Interkoneksi
Pada sistem interkoneksi ini terdapat beberapa pusat pembangkit listrik yang digabungkan melaui jaringan transmisi. Dengan menggabungkan beberapa pusat pembangkit ini maka kontinyuitas pelayanannya menjadi sangat handal karena pembangkit tersebut tidak perlu bekerja secara optimal dan dapat saling menyuplai tenaga listrik melaui pusat pengtur beban.
Gambar 2.4  Jaringan Transmisi System Interkoneksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar