Tegangan yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik besarnya
tidak sama dengan tegangan yang disalurkan pada sistem transmisi, akan tetapi
tegangannya masih berkisar antara 11 KV sampai dengan 13,8 KV untuk pembangkit
tenaga listrik yang menghasilkan daya kurang dari 400 MVA/unit. Sedangkan
pembangkit tenaga listrik yang menghasilkan daya di atas 400 MVA/unit, tegangan
yang dihasilkan (output voltage) adalah antara 18 KV sampai dengan 24 KV.
Tegangan tersebut tidak langsung disalurkan (ditransmisikan) ke pusat-pusat
beban, akan tetapi masih dinaikkan terlebih dahulu dengan menggunakan trafo
penaik tegangan (step up transformer) menjadi tegangan 150 KV atau 500 KV,
tergantung pada transmisi yang akan dimasuki. Dengan demikian di lokasi
pembangkit tenaga listrik tersebut harus ada gardu induk. Dari gardu induk
inilah, selanjutnya energi listrik tersebut disalurkan ke gardu induk di
pusat-pusat beban melalui jaringan transmisi SUTET 550 KV, SUTT 150 KV dan SUTT
70 KV.
Di dalam gardu induk pembangkit listrik ini
selain terdapat energi listrik yang ditransmisikan melalui sistem tegangan
tinggi, juga terdapat energi listrik tegangan menengah dan rendah untuk
pemakaian sendiri, misalnya untuk penerangan pada pembangkit tenaga listrik dan
lingkungan sekitarnya, untuk menggerakkan sistem proteksi dan juga untuk
kepentingan lainnya untuk menunjang operasional pembangkit listrtik tersebut
serta gardu induknya.
3.1.
Gardu
Induk Secara Umum
Gardu Induk (GI) merupakan salah satu
komponen yang penting dalam menunjang kebutuhan listrik konsumen maupun sebagai
pengatur pelayanan tenaga listrik yang di dapatkan dari pusat pembangkit untuk
disalurkan ke pusat-pusat beban. Pada gardu induk dilaksanakan hubungan interkoneksi antara
pembangkit-pembangkit tersebut, melalui saluran transmisi disalurkan dan di
distribusikan kepada konsumen. Fungsi dari gardu induk adalah :
1.
Untuk
mengatur aliran tenaga listrik dari saluran transmisi ke saluran transmisi yang
lain, serta mendistribusikannya ke konsumen.
2.
Sebagai
tempat untuk mengubah tegangan (menurunkan/menaikkan) guna keperluan penyaluran
distribusi atau untuk penyaluran transmisi.
3.
Tempat
pengaturan beban dan kontrol pengaman penyaluran transmisi.
Dari
fungsi-fungsi tersebut terlihat bahwa peralatan didalam gardu induk harus
memiliki keandalan yang tinggi sehingga kontinyuitas dan kualitas tenaga
listrik yang sampai ke konsumen dapat secara optimal dan konsumen tidak merasa
dirugikan.
Kontinyuitas pelayanan yang baik dan keandalan yang tinggi
dari peralatan ditetapkan dengan memperhatikan segi ekonomis dan standard yang
berlaku, sehingga keandalan dari peralatan tersebut dapat secara optimal,
sedangkan untuk penempatan peralatan direncanakan sedemikian rupa `sehingga
dalam pengoperasian dan perawatan dapat dilakukan dengan mudah, aman dan efektif.
3.2.
Jenis
Gardu Induk
Menurut jenis pemasangannya gardu induk
diklasifikasikan dibagi menjadi beberapa-macam, diantaranya jenis pasangan
luar, pasangan dalam, pasangan bawah tanah dan sebagainya sesuai dengan
konstruksinya.
Gardu induk
jenis pasangan luar adalah gardu induk yang peralatan tegangan tingginya
terspasang diluar. Sedangkan peralatan kontrolnya berada didalam seperti papan
penghubung.
Gardu induk
pasangan dalam adalah gardu induk yang peralatan tegangan tingginya dan
peralatan kontrolnya berada di dalam. Jenis pasangan dalam ini dipakai
dipusat-pusat kota.
Gardu
induk jenis pasangan bawah tanah adalah gardu induk yang senmua peralatannya
terpasang didalam bangunan bawah tanah.
3.3.
Peralatan Gardu Induk
Untuk menunjang stabilitas kerja dan fungsi dari
gardu induk 150 kV maka pada gardu induk 150 kV harus terdapat
peralatan-peralatan tegangan tinggi yang sesuai dengan maksud dan tujuan
pendirian gardu induk 150 kV sehingga gardu induk tersebut dapat berfungsi
dengan baik.
Peralatan-peralatan yang biasanya digunakan pada
gardu induk 150 kV diantaranya adalah sebagai berikut :
3.3.1.
Pelindung Tegangan Lebih (Lightning Arrester)
Sambaran petir pada jaringan hantaran
udara merupakan suntikan muatan listrik yang akan menimbulkan kenaikan tegangan
pada jaringan sehingga pada jaringan timbul tegangan lebih berbentuk gelombang
impuls dan merambat ke ujung-ujung jaringan. Tegangan lebih akibat sambaran
petir sering disebut surja petir.
Gambar 3.1 Tegangan Surja akibat Sambaran Petir *)
Apabila tegangan lebih surja petir tiba
di suatu gardu, maka tegangan lebih tersebut akan merusak isolasi peralatan
pada gardu. Oleh karena itu perlu dibuat alat pelindung agar tegangan surja
yang tiba di gardu tidak melebihi kekuatan isolasi peralatan gardu. Pada keadaan tegangan jaringan normal, pelindung
tegangan lebih atau LA berperan sebagai isolasi. Tetapi jika ada surja petir
tiba pada terminal LA, maka LA akan berubah menjadi penghantar dan akan
mengalirkan muatan surja petir tersebut ke tanah. Arester harus mempunyai
ketahanan termis yang cukup terhadap energi dari arus susulan dan harus mampu
memutuskannya.
Gambar 3.2 Gambar arrester pada GI Tulungagung (a)arrester katup (b)arrester ekspulsi
3.3.2.
Trafo
Tegangan (Potential transformer)
Trafo tegangan atau Potential Transformer adalah trafo satu fasa step-down yang mentransformasi tegangan sistem (tegangan tinggi ke
suatu tegangan rendah yang layak untuk perlengkapan indikator, alat ukur, rele
dan alat sinkronisasi. Hal
ini dilakukan atas pertimbangan harga dan bahaya yang dapat ditimbulkan bagi
operator.
3.3.3.
Trafo Arus
Trafo arus digunakan untuk pengukuran arus yang
besarnya ratusan amper lebih yang mengalir pada jaringan tegangan tinggi. Jika
arus hendak diukur mengalir pada tegangan rendah dan besarnya dibawah 5 amper,
maka pengukuran dapat dilakukan secara langsung sedangkan arus yang besar tadi
harus dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan trafo arus sebutan
trafo pengukuran arus yang besar.
Disamping untuk pengukuran arus, trafo arus juga
dibutuhkan untuk pengukuran daya dan energi, pengukuran jarak jauh dan rele
proteksi. Kumparan primer trafo arus dihubungkan secara serie dengan jaringan
atau peralatan yang akan diukur arusnya, sedangkan kumparan sekunder
dihubungkan dengan peralatan meter dan rele proteksi.
Trafo aeus bekerja sebagai trafo yang terhubung
singkat. Kawasan kerja trafo arus yang digunakan untuk pengukuran biasanya 0,05
sampai 1,2 kali arus yang akan diukur. Trafo arus untuk tujuan proteksi
baisanya harus mampu bekerja lebih dari 10 kali arus pengenalnya.
prinsip kerja sama dengan trafo daya
satu fasa. Jika pada kumparan primer mengalir arus I1, maka pada kumparan
primer akan timbul gaya gerak magnet sebesar N1 I1. gaya gerak magnet ini
memproduksi fluks pada inti. Fluks ini membangkitkan gaya gerak listrik pada
kumparan sekunder. Jika kumparan sekunder tertutup, maka pada kumparan sekunder
mengalir arus I2. arus ini menimbulkan gaya gerak magnet N2I2 pada kumparan
sekunder.
jumlah belitan primer sangat sedikit,
tidak lebih dari 5 belitan. Arus primer tidak mempengaruhi beban yang terhubung
pada kumparan sekundernya, karena arus primer ditentukan oleh arus pada
jaringan yang diukur. semua beban pada kumparan sekunder dihubungkan serie. terminal
sekunder trafo tidak boleh terbuka, oleh karena itu terminal kumparan sekunder
harus dihubungkan dengan beban atau dihubung singkat jika bebannya belum
dihubungkan.
3.3.4.
Circuit
Breaker (CB)
CB adalah rangkaian peralatan untuk menyambung dan
memutuskan rangkaian listrik yang mampu beroperasi dalam keadaan berbeban dan
pada saat terjadi gangguan. Pengoperasiannya dapat dilakukan secara manual atau
otomatis yang dikperintahkan dengan ralay proteksi yang terdapat pada ruang
kontrol. Pada saat gangguan, CB akan bekerja memutuskan rangkaian listrik
dimana untuk pengoperasiaannya dilakukan dnegan memasang secara seri kumparan
pemutus (tripping coil) dari CB tersebut ke relay-relay. Fungsi dari masing-masing relay adalah mengamankan
system terhadap gangguan yang berbeda-beda dan masing-masing kerja relay
memerlukan koordinasi tersendiri.
1. Syarat-syarat
Circuit breaker (CB)
Syarat
yang harsu dipenuhi oleh CB adalah :
a. Dalam
keadaan tertutup, harus sanggup dialiri beban penuh untuk waktu yang panjang
b. Bila
dikehendaki harus dapat membuka dalam keadaan berbeban bila sedikit terjadi
gangguan
c.
Harus
dapat memutus secara cepat arus beban yang mungkin mengalir bila terjadi hubung
singkat pada system.
d.
Bila
kontak dalam keadaan terbuka, celah (gap) harus tahan terhadap tegangan
rangkaian.
e.
Untuk
membebaskan gangguan dari system, maka kalau ada gangguan harus segera
reclosing dan reopening.
f.
Harus
tahan terhadap arus hubung untuk beberapa saat sampai gangguan dibebaskan oleh
peralatan pengaman lainnya (fuse dan sebagainya) yang lebih dekat dengan titik
gangguan.
g. Harus
tahan terhadap efek pembusuran pada kontak-kontaknya, gaya elektrodinamis dan
panas yangtimbul saat terjadi hubung singkat.
Gambar.
3.5 Circuit breaker dengan pemutusan gas
SF6 pada GI 150 kV
3.3.5.
Transformator
Daya
Transformator adalah suatu alat listrik
yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih
rangkaian listrik ke listrik yang lain melalui suatu gandengan magnet
berdasarkan prinsip induksi electromagnet. Kerja transformator yang berdasarkan induksi
electromagnet menghendaki adanya gandengan magnet antara rangkaian primer dan
sekunder.
Jika
kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, sementara
kumparan sekunder keadaa tidak dibebani, maka dikumparan tersebut mengalir arus
yang disebut dengan arus beban nol (). Arus ini akan membangkitkan fluks
bolak-balik pada inti. Fluks bolak-balik ini dilingkupi oleh kumparan primer
dan kumparan sekunder. Sehingga pada kedua kumparan timbul gaya
gerak listrik yang besarnya :
E1=4,44fN1Φ
E2=4,44fN2Φ
Keterangan
:
E1 =
Gaya gerak listrik kumparan primer
E2 =
Gaya gerak listrik kumparan sekunder
N1 =
Jumlah belitan kumparan primer
N2 =
Jumlah belitan kumparan sekunder
f = frekuensi tegangan sumber
Φ =
fluks magnetic pada inti
Jika
kumparan sekunder dibebani, maka pada kumparan tersebut mengalir arus sekunder
(I2). Arus sekunder akan menimbulkan fluks pada inti trafo yang
berlawanan dengan fluks yang ditimbulkan arus Io, dengan perkataan lain menimbulkan
demagnetisasi inti trafo. Untuk mengimbanginya, maka arus kumapran primer harus
ditambah menjadi I1, sehingga :
N1Io
= N1 I1 – N2 I2
Gaya gerak listrik yang dibangkitkan pada kumparan
menimbulkan medan elektrik yang kuat, teristimewa disekitar belitan kumparan
tegangan tinggi. Arus yang mengalir pada kumparan akan menimbulkan rugi-rugi
arus eddy dan rugi-rugi histerisis, kedua rugi-rugi tersebut disebut rugi inti.
Semua rugi-rugi ini akan menimbulkan suhu yang tinggi pada isolasi trafo.
Disamping itu, arus pada kumparan juga menimbulkan gaya mekanik, yang pada
keadaan hubung singkat gaya ini menimbulkan tekanan yang berat pada isolasi.
Oleh karena itu, system isolasi harus memiliki dielektrik yang cukup, sanggup
memikul gaya mekanis yang besar dan dapat mendisipasikan dnengan baik rugi-rugi
panas yang terjadi pada trafo kemedium sekitar.
Gambar 3.6Transformator
Daya 60 MVA, PAUWELS pada GI 150 kV Tulungagung
3.3.6. Sisem Pentanahan
Adapun
yang menjadi pertimbangan dalam sistem pentanahan digardu induk adalah sbb :
Sebagai
bagian penyalur arus harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan besarnya arus
gangguan maksimum. Nilai pentanahan sangat dipengaruhi oleh impedansi dari
titik netral ke rangkaian pentanahan.
Tahanan
pentanahan dan besarnya arus yang mengalir harus rendah sekali untuk mencegah
terjadinya kanikan tegangan antara titik netral dengan tanah.
Sistem
pentanahan harus di[pisahkan dari pentanahan untuk pentanahan dari pengaman
petir atau swtching.
Tahanan
jenis tanah tergantung pada kondisi setempat. Untuk itu survei kondisi tanah
sangat diutamakan untuk mengetahui tahanan jenis tanah stempat sehingga dapat
dirancang sistem pentanahan gardu induk seperti jumlah electrode, sistem
jaringan pentanahan dan besar konduktor sehingga dapat diperoleh nilai
pentanahan yang memenuhi syarat baik pada musim kemarau maupun musSim
penghujan.
Trafo PS adalah
suatu alat listrik untuk menurunkan tegangan tinggi ( biasanya 20 kV )
menjadi tegangan rendah ( 220/380 Volt ).
Trafo
PS ini berguna sebagai sumber AC 3 phase – 220/380 Volt untuk kebutuhan listrik di suatu Gardu Induk
misalnya : untuk penerangan, AC-AC,
Rectifier dan peralatan lain yang memerlukan tenaga listrik.
Jumlah
trafo distribusi di gardu induk idealnya adlah dua unit sehingga pada saat
pemeliharaan trafo PS maka gardu induk tsb tidak kehilangan daya AC karena
trafonya dipadamkan. Kapasitas trafo PS tergantung dari kapasitas yang
digunakan oleh gardu induk tersebut tapi rata-rata diantara kapasitas 100 – 500
kVA, bahkan ada trafo yang khusus digunakan untuk pemasok kompressor baik
phenuematik maupun hidrolik.
Rele proteksi yaitu
alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan suatu peralatan listrik
dari akibat gangguan, atau dengan kata lain yaitu untuk:
Menghin dari atau mengurangi
terjadinya kerusakan peralatan akibat gangguan.
Membatasi daerah yang terganggu
sekecil mungkin.
Memberikan pelayanan penyaluran
tenaga listrik dengan mutu dan keandalan yang tinggi.
Panel
AC / DC adalah suatu peralatan
listrik berupa lemari pembagi dimana didalamnya terpasang MCB-MCB, NFB
atau fuse-fuse sebagai pembagi beban dan
seklaligus sebagai pengaman dari Instalasi yang terpasang pada suatu Gardu
Induk . Beban dari masing-masing lokasi berbeda-beda baik jarak, jenis beban
maupun kapsitasnya, sehingga perlu pengaman yang selektip sehingga gangguan di
salah satu lokasi tidak mengganggu instalasi lain.
Instalasi
yang dipasang bermacam-macam jenis ada yang single busbar, double busbar dan
model ring yang betujuan untuk keandalan pasokan AC sehingga selama beroperasi
tidak ada pemadaman jika salah satu trafo dipadamkan. Dengan merubah
konfigurasi busbar maka pemadaman tidak ada.
Untuk
sistem DC yang harus diperhatikan adalah tahanan kondultor jangan sampai
tegangan diujung cukup rendah hingga tidak dapat mengerjakan tripping coil atau
closing coil maka gangguang tidak dapat diamankan sehingga kerugian akan besar.
Untuk itu penampang kabel untuk sistem DC harus diperhitungkan secara jarak
sehingga drop tegangan tidak terlalu besar. Panel DC ini disesuaikan dengan
pemakaian jumlah rectifier dan batere yang mana bisa diparalel sehingga tidak
ada pemadaman beban DC jika salah satu batere dan rectifiernya dipadamkan untuk
dipelihara.
UNIT
BATERE
|
RECTIFIER
|
Suatu Gardu Induk memerlukan adanya Sumber DC
untuk menggerakkan peralatan kontrol,
relay pengaman, motor penggerak PMT , PMS
dlsb.
Untuk
itu sebagai sarananya maka di pasanglah
ACCU BATTERY.
Battery adalah suatu alat yang menghasilkan sumber
tenaga listrik arus searah dari hasil proses kimia.
Battery
ini harus selalu terjaga kapasitasnya ( harus selalu penuh ) , maka battery
setiap saat secara terus menerus harus terhubung dengan rectifier.
Karena sangat pentingnya battery ini , maka perlu diperiksa kondisi air
( elektrolite-nya ), kebersihan dan
Berat Jenisnya ( B J ).
Rerctifier
adalah suatu alat listrik untuk mengubah arus bolak - balik ( AC ) menjadi arus searah ( DC ) sesuai kapasitas yang dikehendaki ( Kapasitas
Battery ).
Rectifier
ini harus selalu tersambung ke Battery untuk menjaga kapasitasnya agar tetap
penuh.
Oleh
karena itu rectifier tidak boleh padam /
mati, untuk itu maka pengecekan Tegangan DC
harus secara rutin dan periodik,
jangan sampai MCB – sumber AC 3 ph
lepas.
Pada umumnya terbuat
dari porselen atau kaca dan berfungsi sebagai isolasi tegangan listrik antara
kawat penghantar dengan tiang.
Macam-macam isolator yang dipergunakan
pada Saluran Udara Tegangan Tinggi
Gambar : Isolator Piring type Ball dan Socket
Gambar : Susunan Isolator Piring
Gambar : Isolator Tonggak Saluran Vertikal
Gambar : Isolator Tonggak Saluran Horisontal